KAJIAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BAHASA ESAI PUISI
Oleh: Nurmin
Pendahuluan
Bahasa adalah
alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan
keinginan kepada orang lain dan berperan dalam
perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia.
Dengan demikian bahasa memiliki fungsi yakni sebagai
media dalam penyampaian informasi (Gani da
Beti, 2018).
Fungsi dari
bahasa itu sendiri dapat dikaji melalui dua cara, yaitu secara internal dan secara eksternal. Kajian secara internal
adalah pengkajian yang hanya dilakukan terhadap struktur intern bahasa,
yang mencakup struktur fonologi, morfologis, sintaksis dan
semantik. Kajian ini dilakukan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang sudah ada dalam aturan dalam
pengkajian disiplin linguistik. Sedangkan
kajian secara eksternal adalah pengkajian yang dilakukan terhadap struktur yang berada di luar bahasa tersebut,
misalnya
sosiolinguistik,psikolinguistik, neurolinguistik, dan lain-lain (Gani da Beti, 2018).
Pengkajian secara internal bahasa sastra dapat dikaji dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Fonologi adalah unsur bunyi. Bunyi dalam puisi mengacu pada penggunaan kata tertentu sehingga menimbulkan efek nuansa berbeda. Morfologi adalah ilmu yang mengkaji tentang jenis-jenis dan proses pembentukan kata dalam suatu bahasa. Morfologi dalam karya sastra memiliki proses pebentukan kata. Sintaksis adalah ilmu yang mengkaji tentang struktur kalimat, atau kaidah-kaidah yang mengatur suatu kalimat dalam suatu bahasa. Sintaksis dalam puisi adalah rajutan kata, frase, klausa, dan kalimat dalam larik-larik puisi. Semantik adalah makna kata. Aspek semantik dapat diterapkan dalam memahami puisi. Salah satu di antaranya dengan menganalisis kosakatanya, yaitu pilihan kata dan konotasi yang ditimbulkannya. Kata hijau, misalnya, memunyai konotasi segar, riang, muda, polos, dan sebagainya. Kata malam memunyai konotasi kegelapan, ketakutan, keheningan, dan sebagainya. Konotasi yang dipilih sangat bergantung pada konteks dan memang landasan makna yang utama bagi puisi adalah konotasi
Pengkajian secara eksternal bahasa sastra dapat dikaji dalam bidang wacana dan sosiolinguistik. Wacana adalah percakapan, komunikasi verbal, keseluruhan tutur yang merupakan satu kesatuan. Pengkajian puisi dapat dilakukan melalui analisis wacana pada puisi. Melalui analisis wacana, puisi dikaji secara keseluruhan baik dari dalam berupa struktur bahasa (mikrostruktural) ataupun dari luar bahasa itu sendiri yang berupa konteks situasi (makrostruktural) (Utari, 2014). Sosiolinguistik mengkaji bahasa dengan memperhitungkan hubungan antara bahasa dengan masyarakat, khususnya masyarakat penutur bahasa itu sendiri. Kajian puisi dalam bidang sosiolinguistik tentang ragam Bahasa, alih kode dan campur kode.
Pembahasan
A. Teks Puisi “Essi 445 Untuk Sang Redaktur” Karya DR. Tri Budhi Sastrio
Bait 1
Kala itu musim dingin barulah sayup-sayup terasa
Tetapi dinginnya kota, tertiup angin menusuk jiwa
Terus semakin terasa; belum minus tapi yah hura.
Makalah biasa bagi Kongres Bahasa X di Jakarta
Telah purna dan diterima tapi tak bisa anjangsana
Karena biaya terbang dari Eropa tak dalam skema.
Akibatnya ya tinggal saja di kota ikuti via angkasa.
Bait 2
Beberapa hari sebelumnya entah bagaimana cerita
Tiba-tiba muncul gagasan mengapa bahasa tercinta
Tidak sekalian dilangtangkan sebagai bahasa dunia
Karena walau tak semua kriteria ada tetapi rasanya
Bolehlah ini bahasa melenggang di atas mega-mega.
Lalu Proklamasi Bahasa, digubah atas nama semua
Peserta Kongres Bahasa dan penutur seluruh dunia.
Aha ... makalah sederhana menjadi jauh berwibawa
Kala ada proklamasi, Proklamasi Bahasa namanya,
Ikut menyertainya; dan haruslah dikabarkan semua
Ke segala penjuru dunia; sudahlah resmi ini bahasa
Menjadi bahasa dunia dengan hak atributnya setara.
Bait 3
Bagaimana mewartakan agar semua bisa membaca?
Makalah di kirim ke titik tengah ini negara samudra
Kalimantan tepatnya dan seorang redaktur taut rasa
Tak cuma makalah juga Proklamasi Bahasa diterima.
Seluruh dunia bisa serta membaca bahasa tercinta,
Sudah dikumandang jadi bahasa internasional dunia.
Terima kasih sang redaktur, Arief Rahman namanya.
Nama ini harus disebut walau telah meninggal dunia
Supaya tetap dicatat dan dikenang dia ikut berjasa,
Bagaimana melalui Tribun Kaltim semua itu diwarta.
Dialah redaktur yang membuat Proklamasi Bahasa
Bait 4
Dicatat dan diwarta melalui dunia digital jagat raya.
Juga ada cerita bagaimana seorang dara nan jelita
Masih muda, warga Polandia, tercatat peran serta
Dalam ratusan kelompok anak muda manca negara
Yang dianggap ikut serta antar Proklamasi Bahasa.
Yang dengan bangga kabarkan akan ke Indonesia
Guna belajar selama satu semester bahasa tercinta
Di Bandung tepat, yah ternyata Tuhan lain maunya
Ia diantar pulang dalam peti, kecelakaan sebabnya.
Satu anggota kelompok proklamator berpulang jiwa
Dan di tanah kelahiran tercinta ia terbaring sentosa.
Selamat beristirahat Gosia Malek, damai senatiasa.
Bait 5
Setelah itu masih banyak cerita bagaimana bahasa
Dan proklamasi serta tautannya melanglang buana
Singgah di banyak kota, tautannya selalu diterima
Bahkan banyak yang mencantumkan dalam webnya
Pertanda walau digagas ala 'bonek' tetapi ini fakta
Yang akan terus melekat dan ada sepanjang masa.
Proklamasi Bahasa sudah ada, tinggal bagaimana
Anak-anak milineal bangsa menyikapinya di dada.
Bait 6
Ayo, jangan ragu pakai ini bahasa dengan bangga
Yang sesuai dengan motto negara utamakanlah ia,
Baru setelahnya lestarikan bahasa lokal yang ada.
Jika mau dilanjut ya dikuasai semua bahasa dunia
Karena memang itu yang pasti menjadi kuncinya
Jika ingin bercengkerama dengan bangsa-bangsa.
Sumpah Pemuda yang ikrarkan tunggalnya negara,
Satunya bangsa, dan ekanya bahasa, kembali tiba.
Layak untuk dikenang karena ini dahsyat perbawa,
Peristiwa yang tidak ada duanya, sama persis rasa
Dengan proklamasi, yang cuma satu tidak ada dua.
Dirgahayu Bahasa, Dirgahayu Bangsa dan Negara
Essi nomor 445 -- SDA02102021 – 087853451949
(https://www.kompasiana.com/tribudhis/62024de487000003ea5fbc62/video-untuk-essi-nomor-445-untuk-sang-redaktur/diaksestanggal27April2022).
B. Kajian Internal Bahasa Esai Puisi “Essi 445 Untuk Sang Redaktur” Karya Dr.Tri Budhi Sastrio
Pengkajian secara internal bahasa sastra dapat dikaji dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Fonologi adalah unsur bunyi. Bunyi dalam puisi mengacu pada penggunaan kata tertentu sehingga menimbulkan efek nuansa berbeda. Morfologi adalah ilmu yang mengkaji tentang jenis-jenis dan proses pembentukan kata dalam suatu bahasa. Morfologi dalam karya sastra memiliki proses pebentukan kata. Sintaksis adalah ilmu yang mengkaji tentang struktur kalimat, atau kaidah-kaidah yang mengatur suatu kalimat dalam suatu bahasa. Sintaksis dalam puisi adalah rajutan kata, frase, klausa, dan kalimat dalam larik-larik puisi. Semantik adalah makna kata. Aspek semantik dapat diterapkan dalam memahami puisi. Salah satu di antaranya dengan menganalisis kosakatanya, yaitu pilihan kata dan konotasi yang ditimbulkannya. Kata hijau, misalnya, memunyai konotasi segar, riang, muda, polos, dan sebagainya. Kata malam memunyai konotasi kegelapan, ketakutan, keheningan, dan sebagainya. Konotasi yang dipilih sangat bergantung pada konteks dan memang landasan makna yang utama bagi puisi adalah konotasi .
(https://balaibahasajateng.kemdikbud.go.id/2011/11/memandang-puisi-melalui-aspek-semantik/diaksestanggal25April2022)
Kajian Bidang Fonologi
Unsur fonologi (bunyi) yang terdapat dalam esai puisi yang berjudul “Essi 445 Untuk Sang Redaktur” Karya Dr.Tri Budhi Sastrio pada aspek bunyi asonansi (bunyi vokal yang diulang) dan konsonansi (paduan bunyi konsonan pada akhir kata dan larik yang sama) secara keseluruhan didominasi dengan adanya vokal /a/ di setiap akhir huruf bait 1sampai dengan bait 6. Pada aspek rima (persamaan bunyi di akhir larik) bait 1 sampai dengan bait 6 berima a-a-a-a-a-a-a. dan pada aspek bunyi anafora (pengulangan bunyi dalam bentuk kata yang sama pada awal larik) tidak ada dan epifora (pengulangan bunyi dalam bentuk kata yang sama pada akhir-akhir larik saja) ada pada bait 2 larik 3 dan larik 11 kata ‘dunia’. Terdapat pula di bait 6 larik 7 dan larik 12 kata ‘negara’.
Kajian Bidang Morfologi
Proses morfologis atau proses pembentukan kata ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologis, yaitu proses afiksasi, proses pengulangan, dan proses pemajemukan (Ramlan, 2014).
Proses pembubuhan afiks pada suatu satuan,
baik satuan berupa
bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Ramlan,2014).
Berdasarkan posisi pada bentuk dasarnya, afiks dibedakan menjadi lima jenis,
yakni
prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks (gabungan
imbuhan), dan
simulfiks (imbuhan gabung).
Analisis unsur morfologi terdapat dalam esai puisi yang berjudul “Essi 445 Untuk Sang Redaktur” Karya Dr.Tri Budhi Sastrio pada aspek proses afiksasi dapat dilihat pada bait 1 sampai dengan bait 6 seperti pada kata ‘barulah, terasa, tertiup, menusuk, diterima, dikenang (kata dasar: kenang), dilanjut (kata dasar: lanjut), dikuasai (kata dasar: kuasa), bercengkrama (kata dasar: cengkrema), lestarikan (kata dasar: lestari), menyikapinya (kata dasar: sikap), mencantumkan (kata dasar: lcantum), pertanda (kata dasar: tanda), digagas (kata dasar: gagas), melekat (kata dasar: lekat), melanlang (kata dasar: langlang), diterima (kata dasar: terima), beristirahat (kata dasar: istirahat), kecelakaan (kata dasar: celaka), kelahiran (kata dasar: lahir), terbaring (kata dasar: baring) tercatat (kata dasar: catat), diwarta (kata dasar: warta), membuat (kata dasar: membuat), dicatat (kata dasar: catat), berjasa (kata dasar: jasa), diterima (kata dasar: terima), membaca (kata dasar: baca) dikumandangkan (kata dasar: kumandang), mewartakan (kata dasar: warta), membaca (kata dasar: baca) menyertai (kata dasar: serta), dikabarkan (kata dasar: kabar), melengggang (kata dasar: lenggang), dan dilantangkan (kata dasar: lantang). Proses afiksasi yang dominan terdapat dalam esai puisi yang berjudul “Essi 445 Untuk Sang Redaktur” Karya Dr.Tri Budhi Sastrio prefiks (awalan): me(N)-, ber-, ter-, per-, di-.
Kajian Bidang Sintaksis
Sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa yang membicarakan struktur-struktur kalimat, klausa dan frasa. Setiap kata-kata yang tersusun menjadi sebuah larik dalam puisi memiliki struktur kalimat walaupun biasanya kalimat- kalimat dalam puisi tidak utuh. Dalam menganalisis makna puisi hendaknya larik-larik puisi dipandang sebagai suatu kesatuan sintaksis (Tarigan, 2011. Jika dianalisis berdasarkan struktur sintaksis, maka puisi essai ini dianalisis berdasarkan fungsi sintaksis (subjek, predikat, keterangan, waktu, cara, dan tempat), kategori sintaksis (adjektiva=kata sifat, verba=kata kerja, nomina=kata benda, adverbial=kata keterangan), dan peran sintaksis. Ruang lingkup fungsi sintaksis berupa Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (P), dan Keterangan (K)) peran sintaksis (menunjukkan keadaan, menyatakan perintah, dan menyatakan kesungguhan)
Analisis unsur sintaksis terdapat dalam esai puisi yang berjudul “Essi 445 Untuk Sang Redaktur” Karya Dr.Tri Budhi Sastrio pada bait 1 dan bait 6 berdasarkan fungsi kalimat (S, P, O, K) tidak beraturan penyusunannya, hal ini karena puisi adalah permainan kata yang sangat puitis sehingga tidak mengutamakan susunan S-P-O-K salah satu contoh esai puisi pada Bait 1 larik 1:
Kala itu musim dingin// barulah sayup-sayup terasa
K P
K-S P-P
Kategori sintaksis lebih dominan kata kerja (verba) dan kata benda (nomina).
Kajian Bidang Semantik
Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang tanda pada bahasa sekaligus makna yang terkandug di dalam tanda atau lambang. Pada sebuah karya sastra para pencipta karya sastra biasanya selalu memasukkan tanda (bahasa), yang pastinya memiliki makna tersendiri dari tanda tersebut, hal tersebut bertujuan memberikan kesan estetis pada karya sastranya. Tanda-tanda atau lambang-lambang pada sebuah karya sastra khususnya dalam sebuah puisi, pastinya memiliki makna yang secara langsung ataupun tidak langsung disampaikan oleh para pencipta karya sastra kepada para penikmat sastra (Tarigan, 2011).
Analisis unsur semantik terdapat dalam esai puisi yang berjudul “Essi 445 Untuk Sang Redaktur” Karya Dr.Tri Budhi Sastrio terdapat pada bait 2 larik 5:
Bolehlah ini bahasa melenggang di atas mega-mega.
Arti mega-mega sebenarnya adalah ‘awan-awan’, makna kiasannya kata ‘mega-mega’ bahwa Bahasa Indonesia diproklamirkan di seluruh benua yang disaksikan para penutur Bahasa yang terdapat di dunia saat Kongres Bahasa Indonesia yang X.
C. Kajian Eksternal Bahasa Esai Puisi “Essi 445 Untuk Sang Redaktur” Karya Dr.Tri Budhi Sastrio
Pengkajian secara eksternal bahasa sastra dapat dikaji dalam bidang wacana dan sosiolinguistik. Wacana adalah percakapan, komunikasi verbal, keseluruhan tutur yang merupakan satu kesatuan (KBBI Online, 2021). Pengkajian puisi dapat dilakukan melalui analisis wacana secara keseluruhan baik dari dalam berupa struktur bahasa (mikrostruktural) ataupun dari luar bahasa itu sendiri yang berupa konteks situasi (makrostruktural) (Utari, 2014). Sosiolinguistik mengkaji bahasa dengan memperhitungkan hubungan antara bahasa dengan masyarakat, khususnya masyarakat penutur bahasa itu sendiri. Kajian puisi dalam bidang sosiolinguistik tentang ragam Bahasa, alih kode dan campur kode.
Kajian Bidang Wacana
Menurut Abdul Chaer (2010) wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap, wacana terdapat gagasan, pikiran, atau ide utuh dan bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana teks) atau pandangan (dalam wacana lisan) digunakan untuk menyampaikan amanat. Kalimat-kalimat di dalam wacana bukan sesuatu yang berdiri sendiri melainkan saling berkaitan.
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang dapat dikategorikan sebagai struktur wacana yang utuh. Puisi melibatkan ciri bahasa yang dinamis. Pemakaian bahasa dalam puisi tampaknya mengikuti dan selaras dengan perkembangan waktu (periode). Oleh sebab itu setiap pengarang mempunyai cara yang khas dalam menuangkan idenya melalui bahasa yang digunakan. Cara khas tersebut dapat dijadikan sebagai jati diri seorang pengarang. Hal ini dapat dilihat pada karya esai puisi berjudul “Essi 445 Untuk Sang Redaktur” Karya Dr.Tri Budhi Sastrio pada aspek struktur bahasa dan konteks Bahasa.
Struktur atau elemen wacana yang dikemukakan menjadi tiga dimensi yaitu teks, konteks sosial, dan kognisi sosial. Adapun analisis data dalam esai puisi yang berjudul “Essi 445 Untuk Sang Redaktur” Karya Dr.Tri Budhi Sastrio sebagai berikut :
a.
Kajian Bidang Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, dan mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya (Chaer dan Agustina 2010).
Analisis unsur sosiolinguistik dalam esai puisi yang berjudul “Essi 445 Untuk Sang Redaktur” Karya Dr.Tri Budhi Sastrio sebagai berikut.
1. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
Ragam bahasa adalah variasi bahasa
menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, lawan bicara.
orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Chaer dan Agustina
2010).
Essai Puisi yang berjudul “Essi 445 Untuk Sang Redaktur” Karya Dr.Tri Budhi Sastrio dapat dilihat pada saat pembacaan video untuk “Essi 445 Untuk Sang Redaktur” yang dimuat di Kompasiana pada tanggal 8 Februari 2022 dari pelafalan pengucapan setiap larik-larik esai puisi tersebut kekentalan dialek Jawa mempengaruhi saat membacakan esai puisi tersebut dapat dilihat pada link di bawah ini:
(https://www.kompasiana.com/tribudhis/62024de487000003ea5fbc62/video-untuk-essi-nomor-445-untuk-sang-redaktur/diaksestanggal27April2022).
2. Ragam Bahasa Berdasarkan Topik yang Dibicarakan (Ragam Sastra)
Menurut Ahmad Badrun (2010), Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan simbol-simbol lain sebagai alat untuk menciptakan sesuatu yang bersifat imajinatif .
Ragam sastra berdasarkan bentuk terbagi dua yaitu sastra fiksi (puisi, prosa, novel, novellet, drama) dan sastra nonfiksi (esai, kritik, biografi, autobiografi, sejarah, memoar, catatan harian,dsb).
Analisis ragam sastra esai puisi Essi 445 Untuk Sang Redaktur” Karya Dr.Tri Budhi Sastrio menggunakan ragam sastra fiksi dan sastra nonfiksi gabungan antara esai dan puisi yang disingkat menjadi essi. Selain menggunakan bahasa resmi, dalam puisi tersebut pula terdapat makna kiasan atau gaya bahasa dapat dilihat pada bait 1-6.
Salah satu contoh esai puisi Essi 445 Untuk Sang Redaktur” menggunakan bahasa resmi terdapat pada bait 1 larik 4 ; ‘Makalah biasa bagi Kongres Bahasa X di Jakarta’larik yang digunakan bahasa yang dapat dipahami pembaca dan struktur kalimat yang tersusun sesuai ejaan Bahasa Indonesia. Dan bahasa kiasan atau gaya bahasa yang terdapat esai puisi Essi 445 Untuk Sang Redaktur” sebagai berikut.
Pada bait 1 larik 7:
Akibatnya ya tinggal saja di kota ikuti via angkasa.
Pada bait 2 larik 8:
Aha ... makalah sederhana menjadi jauh berwibawa
Pada bait 3 larik 3:
Kalimantan tepatnya dan seorang redaktur taut rasa
Pada bait 4 larik 9:
Ia diantar pulang dalam peti, kecelakaan sebabnya
Pada bait 5 larik 8:
Anak-anak milineal bangsa menyikapinya di dada.
Pada bait 6 larik 3:
Jika ingin bercengkerama dengan bangsa-bangsa
Penggunaan bahasa kiasan maupun gaya bahasa terlihat pada esai puisi Essi 445 Untuk Sang Redaktur” seperti penggunaan kata: “via angkasa”pada bait 1 larik 7 makna yang terkandung pada esai puisi tersebut adalah hanya bisa menyaksikan kongres bahasa melalui dunia maya/zoom. Kata ‘berwibawa’ pada bait 2 larik 8 bermakna bukan wibawa sebenarnya tapi yang dimaksud dalam esai puisi tersebut bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional telah sejajar dengan bahasa dunia. Kata ‘redaktur taut rasa’ pada bait 3 larik 3 menggunakan majas metafora (membandingkan sesuatu dengan benda lain) yang dimaksud pada esai puisi tersebut redaktur yang dimaksud adalah Arief Rahman yang telah berjasa memperkenalkan proklamasi bahasa Indonesia menjadi Bahasa Indonesia Internasional. Kata ‘Ia diantar pulang dalam peti’ pada bait 4 larik 9 bermakna seorang mahasiswa kelompok proklamator yang ikut serta dalam memproklamirkan bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional gadis Polandia yang meninggal dunia yang rencana akan datang ke Indonesia. Kata ‘menyikapi di dada’pada bait 5 larik 8 pada esai puisi tersebut bermakna kiasan yang artinya bahwa bagaimana anak muda di zaman sekarang (anak millenia) berjuang dan melestarikan bahasa Indonesia sebagai bahasa dunia (internasional). Dan pada bait 6 larik 3 kata kiasan “bercengkerama’ bermakna bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa dunia dapat sejajar dengan bahasa dunia sebagai komunikasi antarbangsa baik di bidang agama, politki, budaya, social, maupun bidang Pendidikan.
Kesimpulan
Referensi
Buku
Badrun, Ahmad. 2010. Teori Puisi .Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Ramlan. A. 2014. Suka Berbahasa Indonesia. Jakarta: Gaung Persada Press. Group.
Tarigan, Henry Guntur. 2011. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.
Internet
Gani, Saida dan Berti Arsyad. 2018. Kajian Teoritis Struktur Internal Bahasa (Fonologi, Morfologi, Sintaksis, dan Semantik. (Jurnal Online) A Jamiy, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, Volume 07 No.1 Juni 2018.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/diaksestanggal27April2022.
https://balaibahasajateng.kemdikbud.go.id/2011/11/memandang-puisi-melalui-aspek-semantik/diaksestanggal25April2022) https://kbbi.kemdikbud.go.id/dikaksestanggal27April2022
(https://www.kompasiana.com/tribudhis/62024de487000003ea5fbc62/video-untuk-essi-nomor-445-untuk-sang-redaktur/diaksestanggal27April2022).
Nurjaman, 2019. Analisis Wacana Kritis pada “Puisi Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagimana” Karya A. Musthofa Bisri. (Skripsi) Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.
Utari, Rachmi. 2014. Analisis Wacana Puisi “Le Voyage” Karya Charles Baudelaire. (Skripsi) Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar